Ketika saya memulai studi doktoral tujuh tahun lalu, saya sangat kesulitan menemui literatur mengenai kajian sosio-historis Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia yang layak dikutip sebagai sumber akademik. Akhirnya, daftar pustaka tesis saya mayoritas berbahasa Inggris. Hal ini mengganggu saya bertahun-tahun, yang pernah saya tulis di sini dan di sini.
Perasaan tidak nyaman ini berlanjut hingga titik di mana saya, dan beberapa kolega, memutuskan mengajukan proposal riset mengenai apa hambatan riset dan publikasi ilmiah di Indonesia. Studi tersebut dijalankan selama satu setengah tahun, di bawah Pusat Kajian Komunikasi, Departemen Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia dan Center for Innovation Policy and Governance melalui kolaborasi dengan Asia Research Centre, Murdoch University, Australia serta didanai oleh Global Development Network.
Pertanyaan mengenai 'kenapa tidak banyak akademisi Indonesia meneliti dan menulis mengenai Indonesia' terjawab, tapi jawabannya tidak menyenangkan hati. Secara struktural, birokrasi perguruan tinggi negeri membentuk perilaku 'tersekat-sekat' (insular). Lebih jauh mengenai apa itu insularitas bisa dilihat dalam materi presentasi di bawah ini.
Tugas saya sebagai akademisi adalah mengumpulkan data, mengolah dan menafsirkannya dengan jernih, lalu menuturkannya dengan cara yang ramah. Studi kami sudah tuntas, dan sharing hasil riset kami lakukan
melalui the Conversation di sini, dan secara langsung melalui seminar
bersama Knowledge Sector Initiative tanggal 6 April 2016 kemarin (berita
di sini). Sekarang bagaimana hasil riset itu diterapkan bergantung pada pemangku kepentingan lainnya.
Saya akan lanjut dengan mencari peer akademik. Jika ada yang tertarik dengan hasil riset, saya bisa kirimkan melalui email. Silakan tinggalkan komentar di bawah.
16 comments:
Aku jadi peep reviewer dech bukan peer reviewer... :p
Boleh diemail :)
Boleh dung dikirim hasil riset versi panjangnya ke nino[a]ub.ac.id
Dear Mba Inaya, saya Tyas dari PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center). saat ini kami sedang melaksanakan riset tentang lembaga filantropi yang mendukung dunia riset di Indonesia. kami sangat tertarik untuk membaca hasil riset tersebut, jika berkenan boleh minta tolong email ke risetpirac@pirac.org :)
@Mas Eka: HAHHAHAHA...
@Ritchie, Mas Nino, Mba Tyas: Sudah saya email ya. :)
Mbak Inaya, saya dikirim juga ya. Salam Ahmad Arif/Kompas. Email: arifkompas@gmail.com
Mba Inaya, boleh dong di email hasil risetnya, thanks
(whiewhiew@gmail.com) :)
Halo Mba Inaya, saya Vita dari LSPR. Saya tertarik utk membaca hasil risetnya. Boleh dikirim ke email saya ke vita.adb@lspr.edu. Terima kasih.
@Mas Arif, sudah saya kirim ya.
@Mba Wifka dan Mba Vita, saya kirim juga. Salam kenal.
Halo Inaya,
Saya Emy (Kom UI 2001).
Saya tertarik dengan hasil riset tersebut.
Boleh tolong kirimkan ke sudutem@gmail.com?
Terima kasih sangat.
Salam,
Em.
Halo Inaya,
Saya Emy (Kom UI 2001).
Saya tertarik dengan hasil riset tersebut.
Boleh tolong kirimkan ke sudutem@gmail.com?
Terima kasih sangat.
Salam,
Em.
Halo Mbak Inaya, kalau berkenan saya boleh dikirimi hasil risetnya sebagai bahan baca-baca ke weninghaps(at)gmail(dot)com. Terima kasih Mbak.
mba Inaya yang baik,
salam saya Subkhi Ridho dari Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP) di Yogyakarta, bisakah hasil risetnya dikirim ke email saya ms_ridho@yahoo.com /mas.ridho9@gmail.com
terima kasih
salam
ridho
mba Inaya yang baik,
Salam, saya Subkhi Ridho, saya sehari-hari di Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP) Yogyakarta, juga mengajar di IAIN Surakarta.
Bisakah hasil risetnya dikirim ke email saya ms_ridho@yahoo.com / mas.ridho9@gmail.com
Terima kasih
salam
ridho
halo mba Inaya, saya Harry dari Universitas Multimedia Nusantara. Apakah masih memungkinkan untuk membaca hasil riset mba inaya. Email saya di harry.febrian@umn.ac.id. Terima kasih banyak sebelumnya :)
Ysh. Mba Emi, Mba Wening, Mas Ridho, Mas Harry,
Saya sudah kirim via email. Terima kasih sudah tertarik membaca, maaf saya lama merespon. Semoga bermanfaat ya. Saya sangat terbuka untuk berdiskusi dan menerima kritik.
Salam hormat,
Inaya
Post a Comment